MataPelajaran : Sejarah Wajib. Kelas/Semester : XI/ II. Materi Pokok : Tokoh-tokoh nasional dan daerah dalam memperjuangkan kemerdekaan. Pertemuan ke : 15-17. Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (4 x 45 menit) A. Kompetensi Inti. Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu " Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Sejarah Perlawanan Rakyat Bali Terhadap Belanda 1846–1905 - Di Bali timbulnya perlawanan rakyat melawan Belanda, setelah Belanda berulang kali memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan hak tawan karang. Hak tawan karang yakni hak bagi kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas perahu yang terdampar di pantai wilayah kekuasaan kerajaan yang bersangkutan. Telah berulang kali kapal Belanda hendak dirampas, namun Belanda memprotes dan mengadakan perjanjian sehingga terbebas. Raja-raja Bali yang pernah diajak berunding ialah Raja Klungklung dan Raja Badung 1841; Raja Buleleng dan Raja Karangasem 1843. Akan tetapi, kesemuanya tidak diindahkan sehingga Belanda memutuskan untuk menggunakan kekerasan dalam usaha menundukkan Bali. Dalam menghadapi perlawanan rakyat Bali, pihak Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi militer secara besar-besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama 1846 dengan kekuatan orang pasukan dan gagal dalam usaha menundukkan rakyat Bali. Ekspedisi kedua 1848 dengan kekuatan yang lebih besar dari yang pertama dan disambut dengan perlawanan oleh I Gusti Ktut Jelantik, yang telah mempersiapkan pasukannya di Benteng Jagaraga sehingga dikenal dengan Perang Jagaraga I. Ekspedisi Belanda ini pun juga berhasil digagalkan. – Di tahun 1846 hingga 1905 telah tercatat 1 peristiwaa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di masa-masa itu, rakyat di Bali tidak mau ketinggalan dalam membebaskan tanah kelahirannya dari belenggu penjajahan Belanda. Itulah sebabnya masa-masa itu dikenal sebagai masa Perlawanan Rakyat Bali yang berjuang dalam melawan kekuasaan Belanda. Timbulnya perlawanan rakyat Bali dalam melawan Belanda terjadi setelah Belanda berulang kali memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan Hak Tawan pada awalnya Cornelis de Houtman pernah mendatangi pulau Bali dan diterima baik. Namun dalam perkembangannya, kesepahaman kurang terjalin sehingga pada tahun 1841 dan 1843, sebuah persetujuan diputuskan antara kerajaan setempat dan pemerintah Hindia Belanda tetapi penduduk Bali segera menunjukkan permusuhan, khususnya Raja Buleleng yang berkali-kali melanggar Hindia Belanda juga mempermasalahkan tradisi Tawan Karang Bali, dan menjadikannya alasan untuk menyerang dan menghukum Bali. Tawan Karang adalah tradisi Bali, dimana kapal beserta isinya yang karam dan terdampar di pesisir Bali adalah hak milik raja setempat. Pemerintah Hindia Belanda menganggap tradisi ini tidak dapat diterima dalam hukum internasional, dan tidak dapat membiarkannya karena daerah lain juga akan menunjukkan tanda-tanda SINGKAT PERLAWANAN RAKYAT BALISebuah armada Belanda dipersiapkan yang terdiri atas 23 kapal perang dan 17 kapal lainnya. Angkatan itu terdiri atas serdadu dan dipersenjatai dengan 115 moncong senapan. Lalu pada tanggal 20 Juni 1846, armada ini diberangkatkan di bawah pimpinan Laksamana Muda Engelbertus Batavus van den Bosch ke Besuki, Bali dan seminggu kemudian ke Buleleng, armada ini dibawa ke kapal dengan kekuatan 1700 prajurit, di antaranya terdapat 400 serdadu Eropa dipimpin oleh Letnan Kolonel Gerhardus Raja di Bali diberi ultimatum 3 kali dalam 24 jam, yang dikeluarkan pada tanggal 17 Juni. Namun hari ketika ekspedisi ke Buleleng itu terjadi, ternyata hanya berlalu begitu hari berikutnya, pasukan armada Belanda tiba di bawah pimpinan perwira Abraham Johannes de Smit van den Broecke di bawah perlindungan senapan dari prajurit Bali mencegah pendaratan tersebut namun gagal dan pasukan penyerang maju ke daerah persawahan yang telah dikelilingi oleh pasukan yang tersedia dibagi 3 di bawah pimpinan Mayor Cornelis Albert de Brauw, Mayor Boers, dan Kapten J. F. kerja perlawanan dilakukan dan di hari berikutnya pasukan serdadu Belanda maju ke ibukota Singaraja, Bali dan menaklukkan kota Rakyat Bali berjumlah sekitar jiwa, temasuk orang yang bersenjatakan senapan api di bawah pimpinan I Gusti Ketut Belanda mendarat, rakyat Bali menarik diri ke posisi mereka di Jagaraga, yang hanya berjarak sekitar 4 kilometer jauhnya dari posisi lalu menyerang musuh di Jagaraga meskipun udara panas Bali menyerang balik dan menghalau pasukan Belanda, dimana di pihak Belanda telah jatuh korban sekitar 200 orang tewas, sehingga harus naik kapal kekalahan ini, Belanda kembali lagi dalam ekspedisi berikutnya pada tahun 1849 dengan kekuatan yang lebih besar lagi, yaitu sekitar orang Jagaraga II berlangsung selama 2 hari 2 malam 15 – 16 April 1849 dan menunjukkan semangat perjuangan rakyat Bali yang heroik dalam mengusir penjajahan Belanda. Perlawanan rakyat Bali tidakpernah padam. Pada tahun 1858, I Nyoman Gempol mengangkat senjata melawan Belanda, namun berhasil dipukul mundur. Selanjutnya, di tahun 1868 terjadi lagi perlawanan di bawah pimpinan Ida Made Rai, namun juga mengalami kegagalan. Perlawanan masih terus berlanjut dan baru pada awal abad ke-20, yaitu di 1905, seluruh Bali berada di bawah kekuasaan Belanda. Ilustrasi perang. Foto PixabaySejarah bangsa Indonesia pada masa penjajahan tak luput dari perjuangan rakyat di tiap daerah. Bali sebagai salah satu wilayah yang memiliki sejarah kerajaan turut berjuang untuk mengusir Belanda dari masyarakat Bali dalam memberikan perlawanan sengit Belanda terjadi pada abad ke-19. Perang itu disebut dengan Perang Puputan atau perang hingga titik darah penghabisan. Perang Puputan terjadi karena Belanda ingin menguasai ini cerita perlawanan rakyat Bali dalam Perang Puputan melawan kolonial perang. Foto UnsplashPerang Puputan di Pantai BulelengPerang Puputan di Pantai Buleleng terjadi karena Belanda ingin menghapus hak tawan karang yang sudah menjadi tradisi turun temurun di Bali. Hak tawan karang merupakan hak raja Bali untuk merampas perahu yang terdampar di pantai wilayah ini menjadi perdebatan lantaran masyarakat Bali tidak ingin menghapus tradisi tersebut. Pada tahun 1844, Pantai Buleleng diblokade dan istana raja ditembaki meriam. Korban pun berjatuhan hingga Belanda berhasil menduduki satu per satu wilayah sekitar istana raja. Pada akhirnya, I Gusti Made Karangasem mengambil siasat untuk pura-pura menyerah kepada perlawanan tak berhenti sampai di situ. I Gusti Ketut Jelantik, patih Kerajaan Buleleng tetap melanjutkan perlawanan. Ia memindahkan tempat perlawanan ke daerah yang berpusat di Jagaraga. Pertempuran kembali terjadi dan Belanda mendatangkan pasukan secara Jagaraga ditembaki meriam dan korban pun berjatuhan. Namun, semangat rakyat Bali dalam satu kesatuan Laskar Jagaraga tidak pudar. Sayang, perang akhirnya dimenangkan Belanda pada April Puri Agung. Foto wikipediaPerang Puputan BadungPerang Puputan bermula dari kesalahpahaman Belanda yang mengira bahwa penduduk desa sekitar Pantai Sanur ingin menjarah muatan kapal pada tahun 1904. Padahal, saat itu kapal berbendera Belanda milik Kwee Tek Tjiang, Sri Kumala sedang dalam kondisi menuntut Raja Badung untuk membayar 3 ribu ringgit, namun ditolak. Penolakan tersebut berujung serangan militer Belanda. Raja Badung meyakini bahwa hal tersebut sebenarnya hanya akal-akalan Belanda untuk melancarkan ekspedisi militer. Sebelum melakukan aksi militer, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Joannes Benedictus van Heuts telah mengirim surat kepada Menteri Jajahan pada 1905. Surat tersebut menyatakan Raja Badung perlu diberitahu bahwa kekuasaan dan perintah Belanda adalah mutlak hal yang harus Belanda kemudian melancarkan aksinya pada 1906 dengan mendatangi wilayah kekuasaan Kerajaan Badung. Mereka menghujani bom lewat kapal perang Belanda. Alhasil, istana, puri, dan rumah warga terbakar. Dalam kondisi terdesak, Raja Badung tetap melakukan perang semakin tidak mencekam. Tembakan pertama yang diluncurkan oleh Belanda berhasil menewaskan Raja Badung. Insiden tersebut membuat perlawanan rakyat Bali semakin gencar. Prajurit Bali pun banyak yang terluka setelah mendapat rentetan tembakan yang tanpa henti hingga akhirnya Belanda tampil sebagai pemenang. Perang tersebut berlangsung cukup singkat, hanya dalam waktu 1 jam. Timbulnya perlawanan rakyat Bali menentang Belanda terjadi setelah Belanda berulang kali... a mengultimatum untuk menduduki Bali b memaksakan kehendak untuk melakukan monopoli perdagangan c memaksakan kehendak untuk menghapuskan "Hak Tawan Karang" d melakukan pelanggaran terhadap konsensus persahabatan Bali-Belanda c memaksakan kehendak untuk menghapuskan "Hak Tawan Karang" Hak Tawan Karang adalah hak yang menyebutkan bahwa setiap kapal yang bersandar di perairan Bali maka menjadi hak penguasa tersebut. Pada saat itu dua kapal Belanda bersandar di Bali akibatnya dua kapal Belanda disita, oleh karena itu Belanda menginginkan penguasa daerah tersebut mengembalikan kapalnya dan mengahpuskan Hak Tawan KarangMaaf kalo salah

timbulnya perlawanan rakyat bali menentang belanda setelah belanda berulang kali